Minggu, 29 November 2009

Kemewahan Arkeologi

JUMLAH arkeolog di Indonesia barangkali tidak lebih dari jumlah jari tangan dan kaki. Terlebih arkeolog berjenis kelamin perempuan. Bukan lantaran fatwa perempuan tidak boleh menjadi ahli arkeologi. Mungkin saja profesi itu tak menarik minat kaum hawa.
''Arkeologi adalah jurusan yang mewah (luxury), karena itu tak banyak orang yang menekuninya,'' kata Dra Ufi Saraswati MHum, salah satu perempuan langka itu.
Di Unnes, atau mungkin juga di Jawa Tengah, Ufi adalah arkeolog satu-satunya. Di perguruan tinggi sebesar Universitas Indonesia (UI), jumlah mahasiswa arkeologi paling banter mencapai belasan orang. Bahkan saat menempuh S2 Arkeologi di UI, Ufi cuma punya satu kawan sekelas, Wayan dari Bali.
''Arkeologi adalah bidang kering. Secara material, tak banyak yang bisa didapatkan,'' kata spesialis peninggalan Hindu/Buddha itu.
Kera Ngalam (dalam bahasa walikan khas kampung halamannya, artinya arek Malang-red) kelahiran 6 Agustus 1966 ini memang berkarib dengan arkeologi selagi bocah. Sang ayah, M Habib Moestopo, seorang arkeolog yang sudah punya nama di Jawa Timur. Dari dia, Ufi belajar banyak soal kecintaan pada arkeologi. Dari dia pula, Ufi memperoleh bekal cukup tentang situs purbakala, fosil, candi, dan artefak warisan masa lalu.
Sedari TK
''Sejak usia TK, saya sudah diajak ayah berkeliling ke berbagai situs sejarah,'' katanya, saat Suara Merdeka menyambanginya, di jurusan Sejarah Unnes.
Istri Haryo Prasetyo ini merasa prihatin atas ketidakacuhan orang pada peninggalan sejarah. Ia tak habis pikir, mengapa orang kerap berpikir pendek, menjual temuan sejarah yang amat berharga.
Kasus ''kepindahan'' patung Buddha yang ditemukan seorang petani di Bonang ke Jakarta merupakan hal yang tidak pernah bisa dipahaminya. ''Memindahkan peninggalan purbakala dari tempatnya saja sudah pelanggaran. Apalagi menjualnya,'' keluh dia.
Pemindahan dan tentu saja, penghilangan benda sejarah merupakan perbuatan yang tidak termaafkan. Tindak kriminal yang diancam hukuman berat. Sebab meraibkan bukti sejarah sama artinya membuat masyarakat menjadi hilang ingatan.
Padahal, kata Ufi peninggalan sejarah akan berkurang maknanya, kalau bergeser dari tempatnya ditemukan. ''Itu disebut in-situ. Semacam barang bukti pada penyelidikan kepolisian. Kalau sudah berpindah atau dipindahkan, nilainya jauh berkurang.''
Tak pelak, Ufi Saraswati merupakan salah satu kemewahan arkeologi. Satu dari sangat sedikit orang yang tertarik dan bersedia menggumuli peninggalan sejarah. Kini dari rumahnya di Jalan Talang No. 10 Candi Baru Semarang, Ufi menyemaikan cinta sejarah pada ketiga anaknya.

Sumber: Suara merdeka
Terbit: Rabu, 24 juli 2004

Tidak ada komentar:

Posting Komentar