Minggu, 15 Februari 2009

sang seniman muda untuk Indonesia

winarso dilahirkan di pati, 19 november 1990 Dia dibesarkan dalam keluarga yang sederhana.

Semasa kecil di pati, beliau sangat rapat dengan keluarganya. Keakraban ini begitu memberi kesan kepada hidup beliau. Dalam hidupnya yang amat jarang berduka, salah satu kepedihan terhebat adalah saat kakaknya meninggal dunia. beliau melukiskan kedukaan itu dalam sajak yang luar biasa pedih:

Bukan kematian benar yang menusuk kalbu/ Keridlaanmu menerima segala tiba/ Tak kutahu setinggi itu atas debu/ Dan duka maha tuan bertahta

Sesudah tuhan yang maha esa, ibu adalah wanita yang paling beliau puja. Dia bahkan terbiasa membilang nama ayahnya, Tulus, di depan sang Ibu, sebagai tanda menyebelahi nasib si ibu. Dan di depan ibunya, beliau acapkali kehilangan sisinya yang liar. Beberapa karya sastra beliau juga menunjukkan kecintaannya pada ibunya.

Sejak kecil, semangat beliau terkenal kedegilannya. Seorang teman dekatnya beliau, pernah membuat suatu tulisan tentang kehidupan beliau ketika semasa kecil. Menurut dia, salah satu sifat beliau pada masa kanak-kanaknya ialah pantang dikalahkan, baik pantang kalah dalam suatu persaingan, maupun dalam mendapatkan keinginan hatinya. Keinginan dan hasrat untuk mendapatkan itulah yang menyebabkan jiwanya selalu meluap-luap, menyala-nyala, boleh dikatakan tidak pernah diam.

Rekannya, irul pun punya kenangan tentang ini. “Kami pernah bermain catur bersama, dan dia kalah. Tapi dia tak mengakui kekalahannya, dan mengajak bertanding terus. Akhirnya saya kalah. Semua itu kerana kami bertanding di depan para gadis.”

Wanita adalah dunia beliau sesudah buku. Tercatat banyak nama sebagai gadis yang dikejar-kejar beliau. Dan nama gadis itu bahkan masuk ke dalam puisi-puisi beliau. Namun gadis tersebut tidak yang mau menjadi kekasihnya.

perjalanan hidup beliau semakin berantakan. Disebabkan kesulitan ekonomi, dan gaya hidup beliau yang tak berubah, Tak lama setelah itu, beliau merantau keluar kota tepatnya disemarang. disemarang beliau menjalani karir sebagai seorang mahasiswa, saat itulah beliau menekuni kehidupanya sebagai seorang sastrawan muda.

Umur beliau memang muda. Tapi kemudaan itu meninggalkan banyak hal bagi perkembangan kesusasteraan Indonesia. Malah dia menjadi contoh terbaik, untuk sikap yang tidak bersungguh-sungguh di dalam menggeluti kesenian. Sikap inilah yang membuat beliau, harus meminta maaf, saat mengenang kematian seniman- seniman indonesia, “Saya minta maaf, karena kini saya hidup di suatu dunia yang bertentangan dengan duniamu para seniman, sejarahmu tak pernah aku lupakan.”


7 komentar:

  1. gaplekiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii


    narsiiiiiiiiiiissssssssssssssssss

    BalasHapus
  2. assalamu'alaikum mas winarso saya sangat terkesan sekali pada blog anda....
    mengenai jiwa seni anda yang sangat meng hargai seni budaya....
    sekalilagi saya ucapkan terimakasih semoga anda sukses dengan seni...

    BalasHapus
  3. aduh..... blog yang jarang di temui di dunia nyata...

    BalasHapus
  4. wa'alaikum sallam.
    saya anindya siswa kelas 9 smp n 1 tayu. saya sangat menyukai seni bila kelak nanti saya di perguruan tinggi, sebenarnya saya ingin mengambil jurusan sastra indonesia. saya mempunyai hobby membaca buku-buku sastra karya penulis indonesia, bahklan seluruh dunia. tidak sembarangan buku yang saya sukai, tetapi buku ang mempunyai nilai seni tinggi. dan, saya menyukai blogg annda, tidak banyak orang yang masih menghargai para pahlawannya. tapi melalui blogg anda, saya rasa bertambah lagi orang yang cinta tanah air.

    BalasHapus
  5. Waduhhhhh AdekQ_ nyank satu ini bener-bener narso
    ndak jauh beda ma namanya Winarso... yo narso tenan....

    Gimana ???? sudahkah kau temukan pujaan hatimu??

    BalasHapus